Wanita Perancis yang Sebabkan Kecelakaan di Tour de France Didenda Rp 19,5 Juta

By Nad

nusakini.com - Internasional - Wanita asal Perancis yang mengakibatkan kecelakaan besar di acara olahraga sepeda Tour de France dengan menghalangi para atlet dengan spanduk kartonnya, telah didenda sebesar €1,200 (sekitar Rp 19,5 juta).

Peloton pada saat itu sekitar 45km dari garis finish untuk stage pertama, ketika spanduk yang ia pegang menghalangi dan menjatuhkan pesepeda Jerman, Tony Martin.

Ia jatuh ke jalanan, dan mengakibatkan puluhan atlet lainnya ikutan jatuh. Kecelakaan ini merupakan salah satu kecelakaan paling parah di ajang olahraga tersebut.

Wanita yang berusia 31 tahun itu juga diperintahkan untuk membayar satu euro sebagai simbolis kepada asosiasi pesepeda profesional Perancis.

Identitas wanita tersebut tidak diberitahu publik, setelah ia menjadi target komentar-komentar kasar di media sosial.

Rekaman video dari peristiwa tersebut, yang terjadi pada bulan Juni lalu, tersebar luas di internet.

Ia terlihat memegang spanduk yang bertuliskan "kakek dan nenek" dalam bahasa Jerman. Ia membelakangi peloton yang menuju ke arahnya, dan tidak melihat mereka, sambil memegang spanduk terlalu dekat dengan jalur sepeda.

Akibat kecelakaan tersebut, dua pesepeda harus mengundurkan diri sepenuhnya dari tur tersebut, dan delapan pesepeda harus dirawat lukanya.

Tabrakan itu menghentikan balapan, yang berlangsung antara Brest dan Landerneau di barat laut Prancis, selama lima menit, sementara sepeda dan pengendaranya diurai dan dipindahkan dari jalan.

Wanita itu menyerahkan diri ke tahanan polisi beberapa hari kemudian.

Jaksa sebelumnya telah meminta hukuman penjara empat bulan yang ditangguhkan untuk wanita itu, menuduhnya membahayakan nyawa dan menyebabkan cedera yang tidak disengaja.

Sejak penumpukan massal, direktur Tour de France Christian Prudhomme telah mengambil sikap berdamai.

"Dia melakukan sesuatu yang gila, dia bukan teroris," katanya kepada wartawan pada bulan Oktober. "Kami hanya ingin orang-orang berhati-hati ketika mereka datang ke Tur dan mengingat mereka ada di sana untuk melihat para juara dan bukan untuk tampil di televisi".